Part
1 (Chapter 1)
“Rasistar merupakan suatu organisasi pembunuh
dikerajaan Angkardian. Mereka selalu membunuh orang-orang penting dari kerjaan
tersebut. Pihak kerajaan memutuskan bahwa Rasistar merupakan suatu organisasi
yang harus dihancurkan.”
Tengah malam, Seorang pria paruh baya berlari dari
kejaran. Ia terus belari , tidak peduli ada semak , tidak peduli dengan kakinya
yang tergores oleh ranting pepohonan, tidak peduli pakaian mahal yang ia
kenakan tergores, dan tidak peduli perhiasan yang ia kenakan terjatuh. Ia tetap
berlari. Karena ia tau, jika ia berhenti, ia akan mati.
Pria tersebut harus pasrah. Orang yang mengejarnya, sudah berada tepat
didepan matanya. Mencoba berlari kearah lain, namun sudah dikepung oleh orang
lainnya.
Mati.
‘aku akan mati’, itu yang dipikirkan pria tersebut. Total
orang yang mengejar berjumlah 3 orang. 1 didepan Pria paruh baya dan 2 lagi
berada dibelakang. Mereka bertiga membentuk segitiga dan ditengah mereka Pria
paruh baya tersebut berada. Mulai membungkuk, dan kini ia bersujud ditengah
mereka.
“ Ka...ka...lian pasti Ra...sistar, to..long am...puni aku, a..aa...aku salah
apa?” gugup serta nada ketakutan terdengar jelas. mencoba mengemis agar nyawa
diampuni, merupakan hal yang wajar ketika seseorang berada di depan kematian.
“ haaa???? Salah apa? dasar bajingan, kau kira kami
tidak tau apa yang telah kau lakukan” balas orang didepan pria tersebut dengan
nada emosi.
Emosi, tentu. Ketika melihat orang yang berpura-pura
tidak mengetahui kesalahannya dan merasa apa yang orang itu lakukan tidak ada
salahnya. Pasti membuat emosi mulai naik. Dengan segera ia mencabut pedangnya.
Pedang dengan sarung berukiran khas, ukiran tersebut berbentuk kepala singa
yang sedang menatap tajam mangsanya. Menandakan siap memburu. Singa tersebut
melambangkan salah satu dari 12 anggota Rasistar, Leo. Dengan perlahan Leo
mencabut pedangnya. Walaupun gelap, keindahan
pedang tersebut masih terlihat. Lalu mengarahkan pedang tersebut kedepan wajah
target.
“aaaku tidak pernah membunuh orang” kembali mencoba
mengemis, mencoba selamat dari maut.
“hmmm dia benar” balas orang yang berada dibelakang
kanan pria baruh baya tersebut.
“ klau begitu lepaskan aku” dengan senyum lebar ,
pria tersebut berharap keinginannya dikabulkan
“hadeh, lama kali. Waktu terbuang sia-sia ni” balas
seseorang yang berada dibelakang kiri pria paruh baya tersebut. Dengan berpakaian serba hitam, Scorpion
mendekati pria tersebut, mencabut pisaunya. Pisau kecil yang cukup sering ia
gunakan untuk membunuh targetnya. Pisau itu sudah lebih dari cukup untuk
membunuht pria bangsat tersebut. Pikirnya. Siap membunuh pria tersebut.
“kau memang gk pernah bunuh orang, tapi Wanita yang
kau culik, kau perkosa, kau kasih wanita itu obat-obatan terlarang. Lalu kau
jadikan mereka pelacur untuk menjalankan
bisnis mu. Sebab itu dh cukup untuk membunuh pria sepertimu.” Ia menendang Kepala paruh baya itu. Menendang
layaknya seperti bermain bola, namun dengan tenaga yang tidak kuat, tidak pula
pelan. Tenaga yang cukup untuk menyiksa pria tersebut.
“ada kata terakhir???”
Dengan ketakutan, pria tersebut mencoba memohon lagi
“tunggu, berapa kalian dibayar?? Aku akan
membayarnya 3x lipat. Tidak 5x lipat” Ia kembali mencoba mengemis dengan wajah
bengkak, mimisan, hancur. Berharap dengan apa yang telah ia rasakan, diampuni.
Namun, keputusan organisasi Rasistar mutlak.
Bagaimanapun caranya, target harus mati. Belum ad kegagalan dalam misi Lenyap
ini. Anggota Rasistar tau, jika target Rasistar termasuk kode Lenyap, maka
kejahatan yang target lakukan merupakan kejahatan sangat berat. Jadi membunuh
target merupakan satu-satunya penebusan. Siksa??? Tergantung anggota Rasistar
ingin menyiksa target atau tidak.
“Byeee”
Dengan perlahan,Pisau menembus kepala pria tersebut.
Menembus kulit terluar, menembus dermis, menusuk tengkorak. Dengan ketajaman
yang dimiliki pisau tersebut, membelah tengkorak layaknya membelah sebuah jeruk.
Mudah. Perlahan, menggeser pisau menuju mulut. Terbelah dua. Itu yang di
inginkan Scorpion.
Pastinya Pria paruh baya mati.
“tumben gak dari perut?” balas orang yang berada
disamping Scorpion.
“lagi males liat isi perut” balas singkat
“hahaha , ok Bubar” Leo memerintah
Seketika sekelompok orang yang membunuhnya berpencar
dan menghilang dalam kegelapan hutan.
----***----***----***----
Angkardian merupakan suatu kerajaan yang sangat besar. Rakyat dari kerjaan tersebut
sangat mencintai Bazar yang merupakan pendiri Kerajaan Angkardian serta menjadi
Raja mereka. Kekuasaan Bazar berlangsung selama satu dekade, dikarenakan ia
meninggal jatuh sakit.
Raja baru segera dilantik.
Dua dekade telah berlalu dibawah kekuasaan Raja
baru. Rakyat Bangsawan tetap hidup
makmur, namun Rakyat Non Bangsawan hidup melarat. Beberapa bangsawan
tahu jika RNB hidup susah, namun mereka lebih memilih tutup mulut untuk
kepentingan pribadi mereka. RNB tidak bisa melawan, karena Kerajaan memiliki 15
Prajurit berkekuatan super yang melindungi RB.
Rical.
Itu sebutan mereka. serta Rical menggunakan kode
angka 1 sampai 15, itu merupakan ciri khas mereka. Hal itulah yang membuat RNB
tunduk serta menerima nasib mereka.
Brian merupakan salah satu Bangsawan yang disegani.
Walaupun ia Bangsawan, ia secara diam-diam membagikan makanan ke RNB. Tentunya
tidak diketahui RB lainnya. Jika ia ketahuan membantu RNB, Rical bisa mendapatkan
izin untuk membunuh dirinya.
Hari menjelang sore, kini Brian bersiap untuk pergi
ke wilayah RNB. Dalam seminggu, Brian berkunjung ke wilayah RNB hanya 2 kali.
Bukannya tidak mau sering berkunjung, namun ia tidak mau mengambil resiko akan
ketahuan. Brian bisa dengan mudah lolos, namun yang akan menerima sikasaan
pasti raktyat RNB. Jdi ia lebih memilih 2 kali berkunjung dalam seminggu.
Makanan yang ia bawa pun, hanya dpat bertahan maksimal seminggu. Kuallitas
buruk? Bukan. Namun jika bisa lebih bertahan lama, lalu ketahuan dengan
prajurit. Makanan RNB pasti disita. Tentunya untuk mengisi perut mereka. Jadi
makanan yang tidak terlalu lama bertahan, sehingga RNB tidak perlu ragu untuk
segera menghabiskan makanan tersebut.
Itu yang dipikirkan Brian.
Setelah memakai pakaian sederhana, Brian segera
pergi. Untuk menuju kewilayah RNB, Brian harus berpisah dengan kereta pemasok
makanan. Kereta tersebut dibawa 2 pelayannya, lalu mereka akan diperiksa di
gerbang. Sebab brian tidak bisa keluar melalui gerbang karena ada pemeriksaan
wajah. Untuk seorang pelayan, masih tahap wajar jika membuang sampah ke RNB.
Namun akan aneh jika seorang bangsawan yang mau ke wilayah RNB.
Makanan yang akan dibagikan, dimasukkan dalam kotak
lalu disembunyikan diantara sampah/barang yang akan dibuang ke wilayah
RNB. Hanya cara itu prajurit penjaga
tidak memeriksanya.
Lalu Brian ditemani seorang pelayan, harus melewati
jalur lain. Jalur bawah tanah yang sudah ada sebelum Raja baru dilantik. Iya
jalur tersebut dibangun saat masa Raja Bazar. Tujuan awalnya untuk jalur kabur.
Namun salah guna untuk penyelundupan. Sehingga jalur tersebut saat masa Bazar
ditutup serta dikasih jebakan. Hanya beberapa bangsawan yang tau, jalur mana
yang masih aman dilewati. Termasuk Brian.
30 menit waktu yang dibutuhkan, akhirnya Brian
sampai diwilayah RNB.
Senyum, bahagia serta senang bagi RNB ketika melihat
Brian datang. Kereta Brian lebih dahulu sampai, serta sudah mulai membagikan
makanan, uang , dan kebutuhan lainnya. Sepasan suami istri paruh baya mendekati
brian, ingin berterimakasih atas kepeduliannya terhadap RNB.
Segerombolan anak mendekati Brian, ingin memberikan
bunga yang mereka petik.
“tuan Brian, ini hadiah dari kami”
Seorang anak perempuan menjadi wakil gerombolan itu.
Meskipun pakaian anak itu terlihat kumuh, namun keceriaannya membuat siapapun
yang melihat ikut ceria. Bisa dibilang icon diwilayah tersebut adalah anak
tersebut. Brian segera membungkung, lalu menerima hadiah dari mereka.
“waahhh bunga yang indah, akan kusimpan. Sudah lama
ku tidak menerima hadiah. Terimakasih yaa” tersenyum bahagia
Segerombolan anak-anak tadi senang. Cahaya matahari sore terpantul dari leher Brian, pantulan tersebut mengenai wajah anak kecil perempuan
“itu apa tuan? Yang dileher?” anak kecil perempuan
tadi bertanya
“ooh ini, Ini liontin.”
Brian mengeluarkan liontinnya, lalu
memperlihatkannya. Liontin berbentuk tetesan berwarna biru muda. Indah. Kata
yang pas untuk melambangkan liontin tersebut. lalu Brian memakaikan liontin
miliknya ke anak perempuan tadi.
“Hmm pas, cantik. Ku pinjamkan, nnti ku buatkan
untuk kalian”
“Terimakasih tuan” wajah tersipu, senang, ceria
Brian lalu segera menuju kerumah kepala desa, disana
telah berkumpul para pria baik muda atau pun yang sudah paruh baya. Membahas
semua problem yang terjadi, lalu memberikan saran. Itu agenda yang dilakukan
Brian, ia selalu memberikan hal-hal kebutuhan RNB. Baik makanan hingga mental
yang harus dikuatkan.
Larut malam, pertemuan antar pria akhirnya selesai.
Brian teringat akan liontin yang dipinjamkannya, ingin mengambil namun karena
sudah larut dan pastinya anak perempuan tersebut sudah tidur. Ia segera pulang.
----***----***----***----